Businesstrack.id- Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja mengumumkan bahwa inflasi pada bulan Oktober 2024 tercatat sebesar 0,08 persen (month-to-month/mtm). Angka ini menandai berakhirnya tren deflasi yang berlangsung sejak Mei 2024. Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami kenaikan dari 105,93 pada September 2024 menjadi 106,01 pada bulan ini.
Kontribusi Inflasi Bulanan
Amalia Adininggar Widyasanti, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS, menjelaskan bahwa kelompok pengeluaran yang menyumbang inflasi terbesar pada bulan ini adalah perawatan pribadi dan jasa lainnya, dengan inflasi mencapai 0,94 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,06 persen. Emas perhiasan menjadi komoditas utama dalam kelompok ini, berkontribusi signifikan terhadap inflasi.
Komoditas lain yang berperan dalam inflasi bulanan termasuk daging ayam ras, bawang merah, tomat, dan nasi dengan lauk. Kenaikan harga komoditas-komoditas ini menunjukkan pemulihan pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang juga mengalami inflasi sebesar 0,03 persen setelah beberapa bulan sebelumnya mengalami deflasi.
Dinamika Harga Emas
Salah satu faktor utama pendorong inflasi adalah harga emas perhiasan, yang dipengaruhi oleh tren kenaikan harga emas di pasar internasional. Sejak September 2023, komoditas ini telah mengalami inflasi, berbeda dengan pola deflasi yang terlihat di tahun-tahun sebelumnya.
Kelompok Transportasi
Di sisi lain, kelompok transportasi memberikan andil deflasi sebesar 0,52 persen. Penurunan harga bensin dan tarif angkutan udara menjadi faktor dominan yang menyumbang deflasi dalam kelompok ini. Deflasi pada bensin sudah terjadi selama dua bulan berturut-turut, sejalan dengan penyesuaian harga BBM non-subsidi oleh Pertamina dan penurunan harga minyak global.
Komponen Inflasi
Inflasi bulan Oktober juga didorong oleh komponen inti yang mengalami inflasi 0,22 persen, dengan andil inflasi sebesar 0,14 persen, didorong oleh emas perhiasan, nasi dengan lauk, kopi bubuk, dan minyak goreng. Sebaliknya, komponen harga yang diatur pemerintah dan harga bergejolak menunjukkan deflasi, meskipun tekanan deflasi pada komponen bergejolak semakin berkurang.
Sebaran Inflasi
Dari segi sebaran inflasi, sebanyak 28 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi, sedangkan 10 provinsi lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi tercatat di Maluku dengan 0,65 persen, sementara deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara dengan 1,05 persen.