Businesstrack.id- Telegram, aplikasi perpesanan asal Rusia, mencatatkan pencapaian luar biasa pada tahun 2024 dengan meraih keuntungan sebesar 1 miliar dolar AS (sekitar Rp16,2 triliun). Keberhasilan ini diumumkan oleh pendiri Telegram, Pavel Durov, yang juga menyebutkan bahwa platform tersebut kini memiliki 12 juta pengguna berbayar, berkat diluncurkannya layanan berlangganan premium sejak tahun 2022.
Menurut laporan yang dilansir dari Tech Crunch pada Rabu (26/12), Telegram menutup tahun 2024 dengan posisi keuangan yang solid, termasuk simpanannya yang lebih dari 500 juta dolar AS (sekitar Rp8,1 triliun), belum termasuk aset kripto. Durov juga mengungkapkan bahwa Telegram telah berhasil mengurangi utang perusahaan secara signifikan.
Penyelesaian Utang dan Rencana Ke Depan
Selama empat tahun terakhir, Telegram mengeluarkan sekitar 2 miliar dolar AS (sekitar Rp32,4 triliun) dalam bentuk utang. Durov mengungkapkan bahwa sebagian besar utang tersebut telah dilunasi pada musim gugur 2024 dengan memanfaatkan harga yang menguntungkan untuk obligasi perusahaan. Meskipun demikian, ia mengakui bahwa masih ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan di depan.
Pada awal tahun ini, dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, Durov menyatakan bahwa Telegram berencana untuk mencapai profitabilitas penuh pada 2025 dan berharap untuk melakukan go public di masa depan, menjadikan perusahaan lebih terbuka dalam hal finansial dan struktur kepemilikan.
Fitur Baru untuk Bisnis dan Pembuat Konten
Untuk mendukung pertumbuhannya, Telegram terus memperkenalkan inovasi dan fitur baru, terutama yang berfokus pada pembuat konten dan bisnis. Tahun ini, Telegram memperkenalkan layanan pembagian pendapatan iklan, yang memungkinkan pembuat konten untuk menghasilkan uang dari iklan di saluran mereka. Ini memberikan cara baru bagi pembuat konten untuk menghasilkan pendapatan selain dari langganan premium.
Selain itu, Telegram juga meluncurkan toko aplikasi mini, yang memberikan kemudahan bagi bisnis untuk menawarkan produk dan layanan langsung melalui platform pesan ini. Telegram semakin memperkaya ekosistemnya dengan fitur-fitur yang mendukung transaksi dan monetisasi, menjadikannya lebih dari sekadar aplikasi perpesanan, tetapi juga alat bisnis yang serbaguna.
Pertumbuhan Pengguna yang Signifikan
Telegram kini memiliki lebih dari 950 juta pengguna aktif bulanan, yang menunjukkan bahwa platform ini terus berkembang pesat meskipun persaingannya dengan aplikasi lain seperti WhatsApp dan Signal. Dengan lebih dari 12 juta pengguna berbayar, Telegram berhasil membuktikan bahwa model bisnis berbasis langganan dapat menjadi pendorong utama keuntungan perusahaan.
Keberhasilan Telegram dalam mencapai keuntungan 1 miliar dolar AS pada tahun 2024 menegaskan posisi kuat aplikasi ini di pasar perpesanan global. Dengan rencana untuk terus mengembangkan fitur bisnis dan monetisasi lebih lanjut, Telegram tampaknya siap untuk meraih lebih banyak pencapaian dalam beberapa tahun mendatang.