OJK Proyeksikan Kredit Perbankan Terus Tumbuh Positif di 2025 Didukung Ekonomi Indonesia yang Stabil

Must read

Businesstrack.id- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan bahwa kredit perbankan Indonesia akan terus mengalami pertumbuhan positif pada tahun 2025, seiring dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih solid. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, mengatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia yang cukup baik akan menarik minat investasi domestik, yang pada gilirannya akan meningkatkan permintaan kredit.

“Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih akan cukup baik, diharapkan dapat menarik minat investasi dan mendatangkan aliran dana ke domestik, sehingga dapat meningkatkan investasi, perluasan usaha, serta meningkatkan permintaan kredit,” ujar Dian dalam keterangannya di Jakarta, Senin.
Menurut OJK, stabilitas perekonomian domestik turut mendukung proyeksi tersebut. Inflasi headline (CPI) tercatat turun menjadi 1,55 persen year on year (yoy), sementara inflasi inti naik menjadi 2,26 persen yoy. Surplus neraca perdagangan terus berlanjut, dan indeks PMI manufaktur menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Pada November 2024, kredit perbankan tercatat tumbuh 10,79 persen yoy, dengan total kredit mencapai Rp7.717 triliun. Likuiditas industri perbankan juga tetap terjaga pada level yang memadai, dengan rasio alat likuid terhadap non-core deposit (AL/NCD) dan alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing sebesar 112,94 persen dan 25,57 persen.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diperkirakan akan tetap solid di kisaran 4,7-5,5 persen menurut Bank Indonesia. Stabilitas inflasi, nilai tukar yang terkendali, serta cadangan devisa yang tinggi memberikan optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia di mata investor global.

Dian juga menambahkan bahwa penurunan suku bunga domestik yang diperkirakan terjadi pada 2025 akan memberikan dampak positif terhadap penurunan biaya dana. Hal ini diharapkan bisa menarik lebih banyak dana pihak ketiga (DPK) ke perbankan, yang nantinya akan menjadi sumber likuiditas utama untuk penyaluran kredit.
Namun, OJK juga mengingatkan adanya potensi risiko yang dapat mempengaruhi proyeksi tersebut, termasuk ketidakpastian global seperti melambatnya penurunan suku bunga global, volatilitas pasar keuangan yang meningkat, fluktuasi perdagangan global, serta ketegangan geopolitik yang masih berlangsung. OJK menekankan pentingnya kewaspadaan terhadap faktor-faktor eksternal ini dalam menjaga keberlanjutan pertumbuhan ekonomi dan kredit perbankan.

- Advertisement -spot_img

More articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Latest article