Businesstrack.id- Ekonomi China mencatatkan pertumbuhan 5,4 persen secara tahunan pada kuartal pertama tahun 2025, sejalan dengan ekspektasi pasar, meskipun masih menghadapi ketegangan dagang dengan Amerika Serikat. Angka ini mencerminkan stabilitas yang dipertahankan dari kuartal sebelumnya, dengan pertumbuhan yang tidak berubah.
Menurut Biro Statistik Nasional China, PDB negara ini meningkat 1,2 persen secara kuartalan pada periode Januari-Maret 2025, meskipun sedikit melambat dari 1,6 persen pada kuartal IV 2024. Pencapaian ini melampaui target pertumbuhan 5 persen yang ditetapkan untuk tahun 2025.
Meskipun langkah-langkah stimulus telah mendukung ekspansi ekonomi, China masih menghadapi tantangan besar, terutama dari perang tarif yang semakin intensif dengan Amerika Serikat. Tarif tinggi yang dikenakan pada barang-barang China dan balasan tarif dari Beijing memberikan dampak pada prospek jangka panjang.
Perdana Menteri China, Li Qiang, mengingatkan bahwa meskipun ekonomi menunjukkan tanda-tanda pemulihan, “lingkungan eksternal yang semakin kompleks dan ketidakpastian” menjadi faktor yang harus diperhitungkan. Ia juga menekankan pentingnya kebijakan makroekonomi yang lebih proaktif untuk mengatasi hambatan dari ketegangan global.
Pada sektor domestik, penjualan ritel mengalami kenaikan 4,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, sementara investasi pada aset tetap naik 4,2 persen. Namun, sektor properti mengalami penurunan tajam sebesar 9,9 persen akibat krisis yang terus berlanjut.
Sementara itu, produksi industri di China, yang dikenal sebagai “pabrik dunia,” meningkat 6,5 persen, dan nilai ekspor tercatat naik 6,9 persen. Meski demikian, proyeksi jangka panjang dari Bank Pembangunan Asia memperkirakan pertumbuhan ekonomi China akan melambat menjadi 4,7 persen pada 2025, terutama karena tarif AS yang lebih tinggi dan masalah kepercayaan konsumen.
China berhasil mencapai target pertumbuhannya pada 2024 di angka 5 persen berkat stimulus yang meliputi pelonggaran moneter dan investasi infrastruktur, yang berfungsi untuk mendongkrak permintaan di tengah kelesuan sektor properti.