Businesstrack.id- Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa likuiditas perekonomian nasional tetap tumbuh stabil pada Maret 2025. Uang beredar dalam arti luas (M2) mencapai Rp9.436,4 triliun, tumbuh 6,1 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), hanya sedikit melambat dibandingkan Februari yang tercatat tumbuh 6,2 persen.
“Pertumbuhan ini merefleksikan kondisi likuiditas yang tetap terjaga di tengah aktivitas ekonomi yang terus berlangsung,” ujar Ramdan Denny Prakoso, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Kamis (24/4) di Jakarta.
Pertumbuhan M2 didorong oleh:
- Uang beredar sempit (M1) yang tumbuh 7,1 persen (yoy)
- Uang kuasi yang naik 3,0 persen (yoy)
Dari sisi faktor penggerak, penyaluran kredit masih menjadi penopang utama meski sedikit melambat. Kredit tumbuh 8,7 persen (yoy) di Maret, turun dari 9,7 persen pada Februari. Pertumbuhan ini murni berasal dari pinjaman (loans), tidak termasuk surat berharga, tagihan akseptasi, maupun kredit dari bank luar negeri.
Sementara itu, aktiva luar negeri bersih menunjukkan penguatan dengan tumbuh 6,0 persen (yoy), meningkat dari 4,1 persen pada bulan sebelumnya. Di sisi lain, tagihan bersih kepada pemerintah pusat mengalami kontraksi lebih dalam, dari -5,8 persen menjadi -8,6 persen.
Yang cukup mencolok adalah lonjakan uang primer (M0) adjusted, yang naik signifikan sebesar 21,8 persen (yoy) menjadi Rp2.052,5 triliun. Ini didorong oleh:
- Pertumbuhan uang kartal sebesar 15,5 persen (yoy)
- Peningkatan giro bank umum di BI (adjusted) sebesar 18,1 persen (yoy)
BI menjelaskan bahwa angka M0 adjusted telah memperhitungkan dampak insentif likuiditas, mencerminkan upaya pengendalian moneter yang hati-hati namun responsif terhadap kondisi pasar.