Businesstrack.id – Ketegangan di Timur Tengah terus memuncak setelah Iran secara terbuka menyatakan akan melanjutkan serangan terhadap Israel sebagai bentuk pembalasan atas serangan udara yang menghantam wilayah dan tokoh-tokoh penting Republik Islam tersebut.
Dalam pernyataan resmi yang dikutip oleh kantor berita IRNA pada Kamis (19/6), Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menegaskan bahwa operasi militer terhadap Israel “akan terus dilakukan sampai musuh dihukum dan ganti rugi dibayarkan.”
Pernyataan ini muncul kurang dari seminggu setelah serangan udara besar-besaran Israel pada Jumat (13/6) dini hari menghantam sejumlah lokasi strategis di Iran, termasuk Teheran, Natanz, dan Fordow. Serangan tersebut menewaskan beberapa pejabat tinggi militer Iran serta ilmuwan nuklir yang berperan penting dalam pengembangan program nuklir negara itu.
Israel mengklaim bahwa Iran tengah menjalankan program nuklir rahasia yang ditujukan untuk militer, tuduhan yang kembali dibantah Teheran. Bahkan, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi, dalam pernyataan terbarunya pada 18 Juni, menegaskan bahwa badan tersebut belum menemukan bukti konkret bahwa Iran mengembangkan senjata nuklir.
Laporan intelijen Amerika Serikat, seperti dilaporkan CNN, juga menyimpulkan hal serupa bahwa tidak ada indikasi Iran tengah membangun senjata nuklir.
Sebagai respons atas serangan Israel, Iran meluncurkan “Operasi True Promise 3” pada Jumat malam, menyerang berbagai target militer di wilayah Israel. Iran menegaskan bahwa tindakan ini adalah “hak sah untuk membela diri”.
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menyebut serangan Israel sebagai “kejahatan yang tidak akan dibiarkan tanpa balasan,” dan memperingatkan bahwa Israel akan menghadapi “nasib yang pahit dan mengerikan.”
Di tengah eskalasi ini, sejumlah pengamat internasional menyerukan deeskalasi. Craig Murray, mantan Duta Besar Inggris untuk Uzbekistan dan aktivis hak asasi manusia, mengatakan bahwa Iran telah menunjukkan “kesabaran luar biasa” dalam beberapa tahun terakhir meskipun terus mendapat tekanan dan provokasi dari Israel.
Konflik yang terus berkembang ini memicu kekhawatiran akan meluasnya ketegangan menjadi konflik regional yang lebih besar, mengingat posisi geopolitik kedua negara dan dampaknya terhadap stabilitas Timur Tengah.