Jakarta Pimpin Pertumbuhan Bangunan Hijau di Indonesia, IFC Catat Dampak Positif terhadap Emisi dan Efisiensi Energi

Must read

Businesstrack.id- Jakarta menjadi provinsi terdepan dalam pengembangan bangunan hijau di Indonesia, menurut laporan terbaru dari International Finance Corporation (IFC), lembaga yang bernaung di bawah World Bank Group. Hingga 2 Juli 2025, tercatat 171 bangunan hijau tersertifikasi di ibu kota, menjadikannya wilayah dengan pertumbuhan pasar green building tertinggi secara nasional.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa adopsi prinsip konstruksi berkelanjutan terus meluas ke berbagai daerah. Selain Jakarta, provinsi dengan jumlah bangunan hijau tersertifikasi terbanyak antara lain Jawa Barat (45 proyek), Banten dan Jawa Timur (masing-masing 26 proyek), serta Jawa Tengah (16 proyek).

“Dari 38 provinsi di Indonesia, 25 di antaranya telah memiliki proyek bangunan hijau bersertifikat. Ini menjadi indikator kuat bahwa pendekatan ramah lingkungan dalam sektor konstruksi mulai mengakar di berbagai wilayah,” tulis IFC dalam laporan yang dikutip di Jakarta, Jumat.

Pulau Jawa mendominasi dengan jumlah proyek bangunan hijau terbanyak, namun tren pertumbuhan juga mulai terlihat di Sumatera dan Kalimantan. Proyek-proyek ini menggunakan beragam skema sertifikasi, termasuk EDGE (Excellence in Design for Greater Efficiencies) dari IFC, GREENSHIP dari Green Building Council Indonesia (GBCI), LEED dari U.S. Green Building Council (USGBC), dan Green Mark dari Building and Construction Authority (BCA) of Singapore.

Secara rinci, hingga Juli 2025, Indonesia telah mencatat:

  • 200 proyek EDGE Certification, mencakup 4,33 juta m² dan 27.620 unit rumah
  • 121 proyek GREENSHIP Certification, dengan total luas 5,16 juta m²
  • 56 proyek LEED Certification, dengan luas 1,13 juta m²
  • 25 proyek Green Mark Certification, seluas 1,43 juta m²

Penerapan EDGE Certification sendiri memberikan dampak lingkungan yang signifikan. Proyek-proyek bersertifikasi EDGE diperkirakan mampu menurunkan emisi karbon sebesar 100 ribu ton COâ‚‚ per tahun, menghemat 120 ribu megawatt-jam energi, serta 4,7 juta meter kubik air setiap tahunnya.

IFC menilai capaian ini sebagai kemajuan penting dalam upaya mempercepat transisi menuju pembangunan rendah karbon di sektor properti dan konstruksi nasional. Tren ini sekaligus menjadi refleksi meningkatnya kesadaran pemilik proyek dan pengembang terhadap efisiensi sumber daya dan keberlanjutan lingkungan.

 

- Advertisement -spot_img

More articles

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img

Latest article