Businesstrack.id- Jumlah korban jiwa akibat bentrokan bersenjata antara pasukan Thailand dan Kamboja terus meningkat. Hingga Minggu (27/7), sedikitnya 35 orang dilaporkan tewas, termasuk warga sipil dan personel militer dari kedua negara.
Menurut data terbaru dari pemerintah Thailand, 22 orang tewas, terdiri atas 14 warga sipil dan 8 tentara, serta 140 orang luka-luka. Di pihak Kamboja, jumlah korban meninggal tetap 13 orang, berdasarkan laporan dari media lokal Khmer Times.
Saling tuding pelanggaran wilayah mewarnai pertempuran yang telah berlangsung selama empat hari di perbatasan kedua negara. Juru Bicara Kementerian Pertahanan Kamboja, Maly Socheata, menuduh pasukan Thailand memasuki wilayah mereka dan menembakkan artileri serta roket. Di sisi lain, Militer Thailand menyatakan bahwa pasukan Kamboja juga melancarkan serangan artileri yang merusak infrastruktur di wilayah Thailand.
“Thailand hanya akan menghentikan tembakan jika Kamboja bersedia bernegosiasi,” kata Juru Bicara Militer Thailand, Richa Suksuvanon, dalam pernyataan yang dikutip Thai PBS.
Sementara itu, upaya diplomatik internasional belum membuahkan hasil. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah menghubungi kedua pemimpin negara pada Sabtu (26/7) dan mengklaim telah mendapatkan komitmen gencatan senjata. Namun, pertempuran tetap berlanjut keesokan harinya.
Di tengah ketegangan, Thailand menyerahkan 12 jenazah tentara Kamboja yang gugur kepada pihak berwenang Kamboja di pos perbatasan permanen Chong Sa-ngam, Provinsi Si Sa Ket, Thailand. Militer Thailand menyebut penyerahan itu sebagai bentuk prinsip kemanusiaan, tanpa memandang kebangsaan para korban.
Konflik antara Thailand dan Kamboja sudah lama dipicu oleh sengketa wilayah perbatasan, terutama di sekitar Provinsi Preah Vihear (Kamboja) dan Provinsi Ubon Ratchathani (Thailand). Ketegangan kembali meningkat sejak akhir Mei, setelah seorang tentara Kamboja dilaporkan tewas dalam insiden perbatasan.