Businesstrack.id- Bank Indonesia (BI) terus mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dengan melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Hingga minggu kedua bulan Desember 2024, BI tercatat telah membeli SBN sebanyak Rp107 triliun di pasar sekunder sebagai bagian dari upaya untuk menahan tekanan di pasar SBN dan mengendalikan pergerakan yield yang berpotensi fluktuatif.
Pembelian SBN Capai Rp169,5 Triliun
Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Desember 2024, mengungkapkan bahwa total pembelian SBN oleh Bank Indonesia hingga minggu kedua Desember mencapai Rp169,5 triliun. Dari jumlah tersebut, sekitar Rp62 triliun dibeli di pasar perdana, sementara Rp107 triliun lainnya dibeli di pasar sekunder.
“Pada pasar perdana, kita membeli SBN untuk tenor yang pendek, sementara di pasar sekunder, kita lebih aktif untuk menahan tekanan tinggi dan mencegah pergerakan yield yang tidak terkendali,” ujar Destry.
Koordinasi dengan Pemerintah dan Penerbitan SRBI
Destry juga menjelaskan bahwa Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan pemerintah, terutama terkait dengan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang menggunakan SBN sebagai underlying asset. BI berperan aktif dalam menjaga stabilitas pasar SBN, khususnya di saat terjadi tekanan yang tinggi, untuk memastikan yield SBN tidak bergerak liar.
Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menambahkan bahwa BI dan Kementerian Keuangan telah melakukan pertemuan bilateral, yang melibatkan pembahasan mengenai rencana penerbitan SBN untuk tahun 2025, serta rencana operasi moneter BI di tahun yang sama.
Rencana Pembelian SBN Lebih Besar di 2025
Gubernur Perry menegaskan bahwa Bank Indonesia dan pemerintah telah sepakat untuk melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder sebagai bagian dari strategi operasi moneter. Bahkan, Perry mengungkapkan bahwa BI bersiap untuk membeli SBN hingga mencapai Rp150 triliun pada tahun 2025, dengan kemungkinan jumlah tersebut dapat meningkat lebih tinggi tergantung pada kebutuhan likuiditas dan perkembangan pasar.
“Pemerintah dan BI sudah sepakat untuk rencana penerbitan SBN, dan BI akan melakukan pembelian SBN dari pasar sekunder dengan jumlah yang lebih tinggi daripada yang jatuh tempo melalui burden sharing. Rencana ini akan kami tindaklanjuti, dan nanti akan kami bahas lebih lanjut dengan Kementerian Keuangan,” kata Perry.
Langkah Kontraksi dan Ekspansi dalam Operasi Moneter
Perry juga mengingatkan bahwa dalam rencana operasi moneter 2025, BI akan mempertimbangkan langkah-langkah kontraksi dan ekspansi. Pembelian SBN dari pasar sekunder merupakan bagian dari strategi ekspansi yang akan dilakukan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung kebutuhan likuiditas domestik.
Menurut Perry, “Kami terus memantau perkembangan ekonomi dan akan memastikan bahwa langkah-langkah yang diambil sesuai dengan kebutuhan ekonomi nasional. Pembelian SBN dari pasar sekunder ini akan menjadi bagian penting dalam menjaga stabilitas makroekonomi.”