Businesstrack.id- Pasar kripto mengalami koreksi signifikan dalam beberapa hari terakhir, dengan harga Bitcoin turun ke level 94 ribu dolar AS pada Kamis, 10 Januari 2025. Analis Reku, Fahmi Almuttaqin, menyebutkan bahwa koreksi ini dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran investor terhadap inflasi di Amerika Serikat (AS) dan potensi kebijakan suku bunga yang lebih ketat dari Federal Reserve (The Fed).
Fahmi menjelaskan bahwa lonjakan aktivitas sektor jasa di AS, yang tercermin dalam data indeks PMI sektor jasa yang naik dari 52,1 pada November menjadi 54,1 pada Desember 2024, menunjukkan adanya tekanan inflasi yang meningkat. Selain itu, defisit perdagangan AS yang melebar sebesar 4,6 miliar dolar AS menjadi 78,2 miliar dolar AS dan penurunan jumlah rekrutmen tenaga kerja sebesar 125 ribu menjadi 5,269 juta juga turut memicu ketidakpastian pasar.
“Indikasi inflasi yang meningkat terlihat pada beberapa data ekonomi yang dirilis, seperti lonjakan aktivitas sektor jasa yang melonjak ke level tertinggi dalam hampir dua tahun terakhir dan kenaikan harga yang dibayarkan untuk sektor jasa,” ujar Fahmi dalam keterangannya di Jakarta.
Fahmi menambahkan bahwa biaya input untuk bisnis jasa yang melonjak menunjukkan kondisi inflasi yang tetap tinggi, yang berpotensi mempengaruhi kebijakan suku bunga The Fed. “Dengan data ini, The Fed mungkin akan mengurangi pelonggaran kebijakan moneter yang mereka lakukan sebelumnya,” ujar Fahmi.
Koreksi pasar kripto semakin tajam setelah rilis data ekonomi tersebut. Bitcoin, yang sebelumnya sempat menembus level 100 ribu dolar AS, kini kembali turun ke level 94 ribu dolar AS. Aset kripto besar lainnya seperti DOGE, AVAX, LINK, DOT, dan UNI juga tercatat mengalami penurunan lebih dari 10 persen dalam 24 jam terakhir.
Kondisi serupa juga terjadi di pasar saham AS. Indeks Nasdaq Composite anjlok sekitar 1,9 persen pada penutupan perdagangan Selasa (7/1/2025), dengan sektor teknologi menjadi yang paling tertekan. Saham Nvidia, misalnya, merosot lebih dari 6 persen meskipun perusahaan tersebut memaparkan rencana besar di bidang kecerdasan buatan (AI).
Fahmi juga menyoroti bahwa rilis data inflasi Consumer Price Index (CPI) AS yang akan dirilis pada 15 Januari mendatang akan menjadi momen penting untuk menentukan arah kebijakan suku bunga The Fed. “Jika inflasi CPI menunjukkan kenaikan yang cukup minim atau tidak mengalami kenaikan, maka sentimen pasar kemungkinan akan kembali bullish. Namun, melihat perkembangan yang ada saat ini, kemungkinan lebih mengarah kepada kenaikan moderat, yang bisa membuat The Fed menahan suku bunga pada pertemuan FOMC bulan ini,” jelas Fahmi.
Meskipun ada ketidakpastian di pasar, Fahmi menilai pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS pada 20 Januari mendatang berpotensi menjadi katalis positif bagi pasar kripto. “Kebijakan atau inisiatif baru yang lebih suportif dari pemerintahan Trump dapat membantu mendorong reli pasar kripto,” katanya.
Dalam menghadapi dinamika pasar yang menantang ini, Fahmi mengimbau para investor untuk lebih berhati-hati dan disiplin dalam mengambil keputusan investasi. Ia merekomendasikan investasi pada aset kripto berkapitalisasi pasar besar melalui fitur Packs di Reku. “Di fitur Packs, investor bisa berinvestasi pada berbagai aset kripto blue chip dalam sekali swipe untuk memudahkan diversifikasi,” jelasnya.
Selain itu, Fahmi juga merekomendasikan penggunaan fitur Insights di Reku, yang memungkinkan investor untuk mengoptimalkan investasi saham AS dengan analisis yang mudah dipahami. “Investor dapat mengetahui pemberitaan di media masa, perbincangan di media sosial, dan mendapatkan notifikasi ketika suatu perusahaan saham AS tiba-tiba viral di Buzz Score,” ujar Fahmi.
Investor juga dapat memantau status harga saham AS yang sedang diskon di Valuation Score dan mengidentifikasi perusahaan dengan fundamental yang kuat di Quali Score untuk membantu mereka membuat keputusan investasi yang lebih bijaksana.
Tunggu Rilis CPI AS Pasar kini tengah menantikan rilis data CPI AS pada 15 Januari mendatang, yang diharapkan akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed, serta dampaknya terhadap pasar kripto dan saham di masa depan.